Kota Tanjungpinang yang terletak di selatan Pulau Bintan merupakan kota yang syarat akan sejarah, budaya dan adat isiadat Melayu. Kondisi Geografisnya yang terdiri dari beberapa pulau merupakan keistimewaan tersendiri bagi Kota Tanjungpinang. Salah satu pulau yang syarat dengan sejarah adalah Pulau Penyengat, Pulau ini tidak terlalu besar, hanya 3.5 Km 2 akan tetapi di Pulau ini terdapat banyak peninggalan berupa potensi cagar budaya dengan wujud bangunan-bangunan arsitektural, makam, dan Situs. Disisi lain Pulau Penyengat terletak pada lokasi yang sangat startegis yaitu berada di sebelah barat Kota Tanjungpinang dan untuk kesana dapat dilewati dengan jalur transportasi laut tak lebih dari 15 menit. Dahulu Pulau yang berhadapan dengan Kuala Sungai Riau ini selalu menjadi tempat pemberhentian para pelaut yang lewat di kawasan ini terutama untuk mengambil air tawar. Konon suatu ketika para pelaut yang sedang mengambil air tawar tersebut diserang oleh sejenis lebah yang disebut Penyengat. Akibat serangan lebah tersebut, jatuh korban jiwa dari pelaut. Sejak saat itulah pulau ini dinamakan Penyengat Indera Sakti dan selanjutnya lebih dikenal dengan Pulau Penyengat sampai sekarang. Karena letaknya yang cukup strategis bagi pertahanan, Pulau Penyengat dijadikan Pusat Kubu pertahanan Kerjaan Riau oleh Raja Haji yang Dipertuan Muda Riau IV (termasyhur dengan gelar Raja Haji Syahid Fisabilillah/Marham Teluk Ketapang) ketika melawan Belanda pada tahun 1782-1784. Pada tahun 1803 Pulau Penyengat yang telah di bina dari dari sebuah pusat pertahanan menjadi negeri dengan segala fasilitas yang memadai, dijadikan mahar dari Baginda Raja Sultan Mahmud kepada Raja Hamidah atau Engku Puteri, anak seorang yang dipertuan Riau yang terkemuka yaitu Raja Haji Fisabilillah atau Mahrum Teluk Ketapang. Selanjutnya pulau Penyengat menjadi tempat kediaman resmi Para Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau Lingga, sementara Sultan (Yang Dipertuan Besar) berkedudukan di Daik-Lingga. Diantara beberapa peniggalan Sultan Riau yang terdapat di Pulau Penyengat sebagai bukti sejarah pada masa lampau yaitu :
Kota Tanjungpinang dengan posisinya yang agak tersuruk, terlindung dari pengaruh cuaca buruk dan alur laut yang sukup dalam merupakan tempat yang ideal bagi armada pelayaran untuk berlindung dari serangan badai, atau untuk berlabuh sementara mengambil air dan perbekalan. Menjelang berdirinya Kerajaan Riau (1722), Tanjungpinang telah menjadi kubu pertahanan Raja Kechik dalam perang saudara merebutkan tahta Kerajaan Johor melawan Tengku Sulaiman dan sekutunya. Setelah berdiri kerajaan Riau, kedudukan Tanjungpinang sebagai pusat pertahanan makin jelas ketika Riau bersiap menghadapi perang melawan Belanda (VOC) antara tahun 1782-1784. Benteng Riau di Tanjungpinang dan sekitarnya sangat berjasa dalam menahan serbuan armada Belanda ke pusat kerajaan Riau dan memaksa Belanda mundur ke Malaka. Semenjak tahun 1784, Tanjungpinang mulai tumbuh sebagai sebuah tempat pemukiman dan kemudian menjadi sebuah kota yang juga berperan sebagai bandar dagang. Fungsi dan kedudukan sebagai pusat perdagangan menjadikan Tanjungpinang sebagai kota penting di Sumatra bagian Timur sesudah Medan san Palembang. Selain Tanjungpinang ditetapkan sebagai ibukota keresidenan Belanda untuk wilayah yang cukup luas, yaitu sampai kesebagian Sumatra bagian Tengah dan sebagian Sumatra bagian Utara. Pada tahun 1983, sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 31 tahun 1983 tanggal 18 Oktober 1983 telah dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang membawahi kecamatan Tanjungpinang Timur dan Tanjungpinang Barat. Selanjutnya pada tahun 2001 sesuai dengan SK Mendagri nomor 5 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, kota Administratif Tanjungpinang menjadi kota Tanjungpinang dengan membawahi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kecamatan Bukit Bestari dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. | |
Mei 22, 2008
Tanjungpinang
Pulau Penyengat
Pulau Penyengat merupakan salah satu obyek wisata di Kepulauan Riau. Salah satu objek yang bisa kita liat adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para raja, makam dari pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi.
[sunting] Sejarah
Pada abad ke-18, Raja Haji membangun sebuah benteng di Pulau Penyengat, benteng tersebut tepatnya berada di Bukit Kursi, disana ditempatkan beberapa meriam sebagai basis pertahanan
GURINDAM 12
Merupakan sebuah puisi karangan RAJA ALI HAJI, seorang sastrawan dan pahlawan dari pulau penyengat, kepulauan riau.
Gurindam I
Ini gurindam pasal yang pertama:
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia melarat.
Gurindam II
Ini gurindam pasal yang kedua:
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
Gurindam III
Ini gurindam pasal yang ketiga:
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
Gurindam IV
Ini gurindam pasal yang keempat:
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah fikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.
Gurindam V
Ini gurindam pasal yang kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Gurindam VI
Ini gurindam pasal yang keenam:
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,
Gurindam VII
Ini Gurindam pasal yang ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
Gurindam VIII
Ini gurindam pasal yang kedelapan:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
Gurindam IX
Ini gurindam pasal yang kesembilan:
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.
Gurindam X
Ini gurindam pasal yang kesepuluh:
Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.
Gurindam XI
Ini gurindam pasal yang kesebelas:
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hajat.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
Gurindam XII
Ini gurindam pasal yang kedua belas:
Raja muafakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh anayat.
Kasihan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta.
Mei 21, 2008
Mei 19, 2008
HIMAKOTA - JAKARTA
pada awal terbentuknya, hingga tahun 2005 jumlah anggota aktif dari perhimpunan ini cukup banyak, sehingga silahturahmi antar pemuda - pemudi dan mahasiswa dari kota Tanjungpinang terjalin sangat baik sekali. hal ini di tandai dengan suksesnya berbagai macam kegiatan yang telah dilaksanakan, selain itu pada akhir-akhir minggu, sekretariat HIMAKOTA sendiri selalu ramai di kunjungi oleh para anggotanya.
sejak tahun 2006 hingga sekarang, himakota mengalami penurunan, baik di bidang regenerasi maupun loyalitas anggota. sepinya sekretariat serta minimnya acara silahturahmi dan kegiatan lainnya merupakan contoh kasus dari penurunan yang terjadi di dalam HIMAKOTA.
selain hal-hal tersebut, Himakota juga memiliki masalah dalam bidang finansial, keterlambatan persetujuan proposal oleh walikota dan semakin berkurangnya jumlah dana yang diterima oleh organisasi merupakan penyebab terjadinya permasalahan finansial di dalam tubuh Himakota.
apa yang seharusnya di lakukan oleh anggota himakota??
jika ada tanggapan silahkan email saya di adam_boarha@yahoo.com
History of Jakarta
European writers reported that at early 16 century Kelapa was the port's name of a Hindus Kingdom called Sunda with Pajajaran as its capital city. It was located around 40 kilometers near the city of Bogor nowadays.
Portugal was the first biggest group of Europeans coming to Kelapa Port. The City was then under assault by mob led by a young man named Fatahillah from a given kingdom near Kelapa. Afterwards on June 22, 1527 Fatahillah changed the name of Sunda Kelapa into Jayakarta. Hence, the date is commemorated as the date of birth of the City Jakarta. The Dutch came by the end of the 16 centuries and took control of Jayakarta. The name Jayakarta was then changed into Batavia. The geographical condition of the city Batavia was more or less the same as that of the Netherlands their native soil. They built canals in anticipation of the floods inundation. The central of the city administration was concentrated around a field located 500 meters from the port. They also built a beautiful city municipality, which was also the central of the Batavia city administration. In the long run the city Batavia developed southward. The rapid growth of the city contributed the environmental damages so that the Dutch colonialist forced to move its central administration into higher lands. Later, the spot was named as Weltevreden.
Mei 07, 2008
My Home Town
Bintan Island
My name is kemal adam. In this opportunity I would like to tell you about the story of my home town. It is Bintan Island. It is located in Riau Archipelago province, about 1 hour and 25 minutes from Jakarta by airplane.
Bintan Island is one of the main islands in Riau Archipelago province. There are many islands in Riau Archipelago province like group of Natuna Island, Dabo Island, Batam Island, etc. Bintan Island has been the capital of Riau province when Riau and Riau Archipelago province were under one government, until the center of government moved to Pekanbaru. Bintan Island has many historical places. One of the historical places is Sri Indri Pura Kingdom. It is located in a small Island, near Bintan Island. One of the kings from this kingdom is King Ali Haji who created Gurindam 12. The might of this kingdom is from Riau mainland to Riau Archipelago and Malaysia. This island also has many beautiful white sandy beach resorts.
There are several towns in Bintan Island; they are Tanjungpinang, Bintan Lagoon, Kijang and Tanjung Uban. Tanjungpinang is the capital of Riau Archipelago province. This town has the largest population than another town in Bintan Island. It is an administrative town; a mayor is the leader of this town. This town has three sub districts; they are Center of Tanjungpinang, West Tanjungpinang, and East Tanjungpinang. Tanjungpinang also has many places for relax in the evening, enjoy the sunset on the beach having a cup of coffee or tarik tea. During holiday my friend and I often do the reunion there.
Bintan lagoon or in our mother tongue we call it lagoi is a tourism town. There is many-beach resort in lagoi with the very beautiful beach and the hotels there have the same quality as Bali Island. Many local and international tourists visit this town. Businessmen from other countries like Japan, Singapore, Korea, and Europe invest their money for hotels, other facilities or business there. Bintan Lagoon also has the biggest golf-yard in South East Asia.
Kijang is a mining town in Bintan Island, there are some kinds of mine like bauxite the material of aluminum and gravel stone. Products of this mine are exported to other countries like Singapore and Japan. Kijang has a big harbor where can hold mining ship, small and large transportation ship. The only one airport in Bintan is also in Kijang.
Last is about Tanjung Uban. It is located in the West of Bintan Island. This town is the nearest access with Batam Island, Singapore and Malaysia. This town also has the biggest and the deepest harbor for large ship taking oil, electronics, garment, and other materials. It has some oil source and factories. Tanjung Uban also has beautiful beach like other towns in Bintan. The Name of the beach is “Sakera beach”.
It is very nice to visit Bintan Island, because it has many historical places and beautiful beaches and it is rich of mineral materials. Everyone can come to Bintan Island easily; they can use airplane or ship.